Archive

Posts Tagged ‘review of urban design’

Menelusuri Jejak Jalan Ijen: Perbandingan Arsip Epigrafi dan Perkembangan Arsitektur Kawasan

Administratively, some map document at the Jalan Besar Ijen had oposition. Document which have been released by governmental authority of Malang municipality on book of Stadsgemeente Malang 1914-1939 at that time, differing from some document in the present time. Though some that last document stem from government of Malang municipality. This difference have generated conflict and polemic administratively and political. The Difference of length of Jalan Besar Ijen this is tried for look by architectural way. That review base on urban design which have been put down by Karsten as planner and designer of Malang Town, and in reality the length of Jalan Besar Ijen such as those which in book of Stadsgemeente Malang 1914-1939.

Nama bagi sebagian orang sangat berarti. Terlebih nama bagi seseorang. Hal ini berlaku pula dengan nama suatu tempat atau jalan. Nama sebuah jalan dapat menunjukkan keberadaan seseorang itu, bila berada di suatu lingkungan asing sekaligus menentukan orientasi selanjutnya, sehingga nama sebuah jalan menjadi demikian berarti. Karena pentingnya, maka terkadang nama jalan dibuat sangat khusus untuk menunjukkan ciri maupun pembeda dengan nama jalan lainnya.

Untuk pertama kalinya, ketika menamai nama suatu jalan atau tempat, orang atau pemegang otoritas tentunya akan sangat hati-hati dalam memilih nama. Segala sesuatunya sudah harus terpikirkan, baik dari belakang maupun ke depannya. Harapannya, nama itu akan monumental, terkenang sepanjang masa. Akan tetapi, pada suatu era politik tertentu, banyak nama-nama jalan yang telah sengaja diubah dari sebelumnya oleh satu kelompok yang berkuasa. Kondisi semacam ini sangat disesalkan bagi kelompok yang lainnya. Di berbagai daerah bahkan menimbulkan konflik dan polemik antarkelompok tadi. Terlepas dari berbagai konflik kepentingan yang ada, bagaimanapun juga nama suatu jalan termasuk dalam kategori konservasi di mana arsitektur (kota) sangat mungkin terlibat di dalamnya.

Dilihat dari sudut pandang konservasi, maka aspek kesejarahan menjadi salah satu faktor yang signifikan. Masa silam tidak semata tenggelam, namun menjadi pijakan yang kuat bagi keberadaan masa kini untuk menyebut betapa pentingnya keberadaan suatu peristiwa yang monumental: sekecil apapun. Oleh karenanya, diperlukan dasar-dasar yang sahih dan kokoh sebagai sarana dalam merujuk arti penting dari kesejarahan tadi. Salah satu dasar-dasar kokoh tersebut tercetak dalam catatan dokumen-dokumen sejarah. Segala macam bentuk dokumen diharapkan akan saling melengkapi dan selaras. Namun, persoalannya adalah jika ternyata masing-masing dokumen tersebut saling bertolak belakang. Bagaimana caranya melihat salah satu kebenaran sejarah?

Kembali kepada nama suatu jalan, Jalan Besar Ijen di Kota Malang menjadi salah satu kasus yang menarik untuk dibahas. Oleh karena terdapatnya silang-selisih dokumen peta atas nama Jalan Besar Ijen ini. Dua pustaka yang menjadi rujukan dokumen mutakhir, setelah lama berakhirnya masa pemerintahan kotapraja Malang, hasil penelitian Shaick (1996), dan Diessen & Voskuil (1998), jika dilihat dari lambang petanya menunjukkan asal sumber dokumen yang sama yakni dokumen yang dikeluarkan oleh otoritas Kota Malang 1930-an. Uniknya, pemegang otoritas kala itu melalui bukunya: Stadsgemeente Malang 1914-1939, justru menunjukkan hal yang berbeda dari kedua pustaka tadi. Antara buku Stadsgemeente Malang 1914-1939 sebagai buku resmi pemerintah kotapraja dengan dua pustaka yang merujuknya terdapat perbedaan batas dan panjang Jalan Besar Ijen. Pertanyaannya, adalah mengapa ini bisa terjadi? Bagaimana sebenarnya Jalan Besar Ijen itu? Sepanjang dan berbatasan dengan jalan mana sajakah?

Secara administratif-politis dokumentasi-historiografi di atas menunjukkan polemik dan konflik. Namun bagaimanakah, bila polemik tadi dilihat dari prespekltif arsitektural? Apakah arsitektur (kota) mampu berperan dalam membaca jejak-jejak sejarah melalui artifak desain yang ditinggalkannya? Hal ini mengingat Jalan Besar Ijen beserta kawasannya sengaja dirancang sedemikian rupa oleh Thomas Karsten, sebagai peletak kaidah perencanaan dan perancangan kota Malang, menjadi miniatur rancang-bangun kota Malang.

(continue reading :: [please send me request & leave your active email])